Opini  

Kisah Perjalanan Hidup Arya Kamandanu dan Pedang Sakti Naga Puspa

Foto. Anto Wiyaya, pemain Arya Kamandanu, dalam sinetron Tutur Tinular
banner 120x600

Hariansumbawa.com|

Keluarga Arya Kamandanu

Arya Kamandanu adalah nama seorang tokoh utama dalam sebuah cerita sinetron kolosal legendaris (tayang Indosiar) yang berjudul “Tutur Tinular”, cerita sinetron kolosal fenomenal yang berlatar belakang sejarah berjalan dan runtuhnya Kerajaan Singasari sampai kepada berdirinya Kerajaan Majapahit.

Dalam cerita tersebut, seorang Arya Kamandanu dijelaskan adalah sosok seorang pemuda yang baik hati, sangat lugu, pemalu dan sulit untuk menyatakan perasaannya sendiri, bersifat agak ragu-ragu dalam mengutarakan isi hatinya terhadap seorang wanita.

Dia adalah putra kedua Empu Hanggareksa, Arya Kamandanu sangat suka mempelajari ilmu-ilmu kanuragan dan sebagai sosok pemuda yang sangat berbakat dalam olah ilmu kanuragan (seni tenaga dalam), pendekar yang berjiwa ksatria, pantang menyerah demi membela kebenaran.

Dia diangkat sebagai murid oleh kakak seperguruan ayahnya yang bernama Empu Ranubaya. Empu Ranubaya mengajarkan Kamandanu jurus Naga Puspa, yaitu ilmu kanuragan ciptaan Empu Gandring dan Aji Saipi Angin, yaitu ilmu meringankan tubuh yang bisa membuat tubuh seringan kapas. Sayangnya, ketika Arya Kamandanu sedang giat belajar, Empu Ranubaya dikejar-kejar oleh prajurit Singasari, karena dia dianggap telah menghina Prabu Kertanegara.

Kemudian Arya Kamandanu mendalami lagi Jurus Naga Puspa tahap akhir yang ditinggalkan oleh Empu Ranubaya di atas sebuah batu. Dengan bantuan Empu Lunggah yang merupakan kakak seperguruan tertua ayahnya, Kamandanu mampu menyempurnakan Jurus Naga Puspa. Ilmu Kamandanu semakin hebat setelah dia tergigit oleh ular siluman Naga Puspa Kresna.

Arya Kamandanu kurang beruntung dalam hal percintaan. Dua kali dia mengalami kekecewaan akibat ulah kakaknya, Arya Dwipangga. Dua wanita yang dicintai Arya Kamandanu, yaitu Nari Ratih dan Mei Shin keduanya telah dinodai oleh Arya Dwipangga. Ada juga seorang wanita yang sempat singgah di hati Kamandanu, yaitu Luh Jinggan puteri Empu Lunggah. Kamandanu kemudian menjadi Panglima Majapahit dan menikah dengan Sakawuni dan mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Jambunada.

Arya Kamandanu lahir di desa kecil bernama Kurawan, putra kedua dari Mpu Hanggareksa, seorang ahli pembuat senjata kepercayaan Prabu Kertanagara (Raja Singasari).

Silsilah Guru Kanuragan Arya Kamandanu

Dalam kisah di ceritakan bahwa Mpu gandring (pembuat keris pesanan Ken Arok) beliau memiliki sahabat sekaligus sebagai murid bernama Mpu Bango (Bango Samparan ,tidak lain merupakan ayah angkat dari Ken Arok), Mpu Bango mempunyai seorang murid yang bernama Empu Sasi. Dan Empu Sasi sendiri memiliki tiga orang murid yaitu :

– Mpu Lunggah.
– Mpu Ranubhaya dan
– Mpu Hanggareksa yang merupakan ayah dari Arya Kamandanu.

Arya Kamandanu sendiri mampu menguasai olah kanuragan karena mendapat bimbingan langsung dari saudara seperguruan ayahnya yang bernama Mpu Ranubhaya. Sebelum kedatangan Kamandanu, Mpu Ranubhaya hanya mempunyai seorang murid bernama Wirot.

Di dalam sebuah goa yang terletak di pinggiran bukit Desa Kurawan, Arya Kamandanu bersama Wirot digembleng olah ilmu kanuragan oleh Mpu Ranubhaya. Selama beberapa hari Arya Kamandanu akhirnya berhasil menguasai Aji Saepi Angin, sebuah ilmu kanuragan untuk meringankan tubuh, yang mampu membuatnya tubuhnya seringan kapas dan mampu berlari melesat seperti terbang. Arya Kamandanu juga berhasil menguasai pukulan dua belas jurus sampai tahap ke tiga dimana pukulan ini lebih populer dengan nama Jurus Naga Puspa, yang pada akhirnya nanti mampu disempurnakan sampai tingkat Akhir oleh bantuan saudara seperguruan ayahnya yang lain bernama Mpu Lunggah.

Pedang Naga Puspa

Arya Kamandanu dengan pedang Naga Puspa

Dalam setiap petualangannya, Arya Kamandanu selalu ditemani oleh pedang pusakanya bernama pedang Naga Puspa ciptaan gurunya, Mpu Ranubhaya. Pada awalnya pedang pusaka ini diciptakan untuk Kaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di negeri Mongolia sebagai tebusan atas diri Ranubhaya sebagai tawanan kerajaan. Namun pedang ini malah menjadi rebutan pejabat kerajaan. Demi menyelamatkan pedang tersebut dari orang-orang yang berwatak jahat, pedang pusaka tersebut akhirnya diserahkan kepada pasangan pendekar suami-istri bernama Lo Shi Shan dan Mei Shin.

Pasangan pendekar ini akhirnya menjadi buronan dan menjadi pelarian hingga terdampar ke Tanah Jawa. Sesampainya di Tanah Jawa, pedang ini pun menjadi rebutan oleh banyak pendekar jahat. Lo Shi Shan tewas, pedang pun beralih ke tangan Mei Shin. Mei Shin pun hidup terlunta-lunta, kemudian ditolong oleh Arya Kamandanu. Dalam kebersamaannya, merekapun saling jatuh cinta sampai akhirnya Mei Shin dinodai oleh kakak kandungnya sendiri Arya Dwipangga, kemudian agar Mei Shin tidak sampai menanggung malu akhirnya Arya Kamandanu menikahi Mei Shin, dan pedang pusaka tersebut diserahkan langsung kepada Arya Kamandanu, murid kesayangan dari pencipta pedang Naga Puspa itu sendiri.

Pedang Naga puspa ini begitu dahsyat kekuatannya, ketika pedang ini sudah keluar dari warangka nya, maka akan mengeluarkan sinar yang menyala berwarna merah darah. Dalam penciptaannya, Mpu Ranubhaya memasukkan energi ghaib yang sangat kuat dari roh sepasang Naga Bumi suami istri yang bernama Ki Ageng Puspa dan Nyi Ageng Puspa kedalam pedang tersebut, sehingga bagi siapa saja yang berani mencabut pedang tersebut dari warangkanya namun tidak memiliki tenaga dalam yang mampu mengimbangi kekuatan dari pedang Naga Puspa tersebut, maka si pemegang pedang tenaganya akan langsung tersedot habis oleh energi ghaib yang berada dalam pedang Naga Puspa ini hingga bisa menyebabkan kematian. Sudah banyak korban-korban yang berjatuhan akibat kecerobohan menggunakan pedang ini.

Arya Kamandanu sendiri tidak pernah berani berlama-lama ketika menggunakan pedang tersebut, karena meski ia sudah menguasai jurus -jurus dasar Naga Puspa, Namun ia masih belum mampu mengendalikan tenaga liar yang ada dalam pedang ini. Hingga suatu saat, pedang ini pun jatuh ketangan musuh besarnya, akibatnya banyak korban yang berjatuhan.

Ketika Arya Kamandanu digigit oleh ular siluman naga puspa, kemudian bertapa hingga 40 hari lamanya dan mampu menyempurnakan jurus naga puspanya sampai ke tahap akhir dan dengan bantuan Keris Mpu Gandring, barulah ia bisa merebut kembali Pedang Pusaka tersebut dari tangan musuh bebuyutannya, dan kemudian dengan kekuatan ghaib ular Naga Puspa yang sudah mengalir dalam tubuhnya, akhirnya Kamandanu bisa menaklukkan keganasan pedang ini, sehingga sinar yang dikeluarkan oleh pedang Naga Puspa ini berubah menjadi berwarna kebiru-biruan.

Pada masa akhir petualangannya, agar Pedang Pusaka tersebut tidak jatuh lagi ke tangan pendekar yang berwatak jahat, Kamandanu akhirnya memilih untuk berpisah dengan Pedang Pusaka ini, kemudian dengan mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, ia menancapkan pedang tersebut sangat dalam pada sebongkah batu besar di sebuah gua yang tersembunyi, di lereng Gunung Arjuna. Di sini pula Arya Kamandanu bertemu dengan sang patih besar Gajah Mada.

Penulis :

Zulkifli Bujir, S.Sos

Pimpinan Umum Harian Sumbawa

Disadur dari sinetron kolosal legendaris Tutur Tinular tayang di Indosiar sekitar tahun 2.000

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *